Sunday, October 16, 2005

EpiDEmi

Saat ketika kita menjawab kata hati kita, itulah saat dimana kita mulai melangkah. Namun saat kita menjawab kata hati orang lain, itulah saat dimana kita harus menentukan arah langkah kita. Setiap orang pasti mencari kenyaman di dalam hidupnya. Bahkan seorang ekstrimis masochis masih mencari kenikmatan dalam rasa sakitnya. Mengapa tidak mungkin orang yang mengecap pahit kata penolakan dari orang lain akan berusaha mencari standing position yang kurang lebih tak menggoyahkan eksistensi mereka. Karena bahasa adalah pengingkaran dan akal adalah mesinnya. Kegundahan menjadi satu syndrome atas tidak bekerjanya mesin kebohongan. Akal adalah candu, begitu mungkin bunyinya. Diiringi dengan nada yang usang dan tari sempoyongan seseorang berusaha melenyapkannya hanya untuk mencapai kesakitan yang tak terkira. Adalah kepastian jika kesakitan itu akan membuat mereka jera. Tapi tidaklah mungkin orang itu akan menyadarinya sebelum konsekuensi akhir dari pertikaian itu terlihat. Maka, hujatlah dunia dengan kata-katamu, karena kata-kata itu lebihindah dari yang senampaknya. Kekal di dalam hatimu, kekal di dalam jiwamu.

No comments: